Terkadang saya ingin menjadi orang yang tidak peka dengan omongan orang lain, berharap saya adalah seorang yang berkepribadian sanguinis yang mudah memaafkan dan mudah lupa dengan “kesalahan” orang lain. Saya juga berharap bisa menjadi orang yang cuek dan masa bodo’ dengan anggapan orang lain…..
Tapi nyatanya saya adalah orang yang sangat2 sensitif, ga enakan ma orang lain, bahkan saya adalah orang melankolis yang susah melupakan setiap detail hal yang membuat hati saya sakit. Dan saya adalah orang yang selalu ingin tampil “perfect” di hadapan orang lain, slalu ingin menjadi “seseorang” yang sesuai dengan harapan orang lain, selalu menerima anggapan orang lain begitu saja, saya begitu peduli dengan omongan orang lain…
Entah…
Terkadang sayang bingung apa yang harus saya lakukan. hanya pada satu titik saya merasa tersiksa dengan diri saya yg seperti itu, karena semakin saya menjadi diri saya sendiri, maka semakin banyak tuntutan yang harus saya hadapi. Begitu banyak harapan orang lain terhadap saya yg harus saya wujudkan.
“Ya Allah berikanlah aku kekuatan dan kesabaran yang tiada batasnya………..”
Saya hanya ingin hidup bahagia, damai, dan sentosa tanpa harus diganggu dengan omongan dan anggapan orang. toh orang lain tak tahu apa-apa tentang kehidupan saya. Toh saya punya kehidupan sendiri yang harus saya jalani dengan nilai dan aturan hidup saya
“Ya Allah sesungguhnya kedudukan seseorang tidaklah dilihat dari kekayaan, pendidikan, keturunan, dan kecantikan. sungguh, yang membedakan kedudukan seseorang hanyalah ketakwaannya kepada-MU……..”
Maka jangan pernah merendahkan orang lain hanya karena memiliki kekurangan dunia. Toh Allah-lah Sang Maha Kaya yang dengan Maha Baiknya memberi titipan kepada kelebihan duniawi. Jadi, kenapa harus sombong dengan titipan Allah yang bisa diambil oleh-NYA sewaktu-waktu…???
Lalu kenapa harus bermuka-masam dengan orang lain yang sejatinya hanya manusia biasa yang memiliki begitu banyak kekurangan dan kesalahan…???
“Ya Allah hanya Engkaulah yang Maha membolak-balikan hati setiap manusia, maka bukakanlah pintu hatinya……”
Saya ingin marah, saya ingin berteriak, saya ingin menangis, tapi saya tak bisa…hanya tercekat ditenggorokan, tertahan di lidah, dan hanya terpendam di relung-relung hati saya menahan segala asa dan sakit ini, sendiri……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar